Ekonomi & Bisnis

Bagaimana kalau Tempe yang diakui UNESCO Tapi Barangnya mahal dan langka?

×

Bagaimana kalau Tempe yang diakui UNESCO Tapi Barangnya mahal dan langka?

Sebarkan artikel ini

 
Yogyakarta (Metro Indonesia) — Dalam kurun 2 tahun terakhir dunia usaha yang berbahan dasar kedelai, mengalami kembang kempis. Hal tersebut dikarenakan mahalnya harga kedelai yang didapat, dan kelangkaannya. Seperti yang diberitakan banyak media online sebelumnya jika kedelai baru-baru ini harganya melambung sehingga para pengusaha dan pengrajin yang menggunakan bahan dasar tersebut terpaksa kadang jual merugi, bahkan ada yang tidak produksi lagi.
Mengutip dari sumber pemberitaan Ssinfo; dan beberapa sumber lain.
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengumumkan warisan tak benda (WBTb) yang akan diajukan intangible curtural heritage (ICH) UNESCO 2022.
Irini Dewi Wanti Direktur Pelindungan Kebudayaan, Kemendikbud Ristek mengatakan, Enam WBTb tersebut merupakan hasil seleksi lokakarya.
Pengusulan ICH UNESCO Tanggal 15-16 Februari 2022 yaitu, Tempe, Reog Ponorogo, BudayaSehat, Ulos, Tenun ikat sumbu timur dan Kolintang.
“Kita harus bangga kalau UNESCO menyetujui diantaranya Tempe diakui warisan budaya tak benda. Tapi mengingat bahan baku jadi langka dan harga menjadi mahal, pengrajin berhenti produksinya, terus apa kata dunia? ini PR bangsa kita, jangan sampai setelah diakui dunia Tempenya tidak ada,” paparnya.
Diketahui, berbagai srtategi dan siasat bahkan saran dari pihak-pihak terkait pada intinya pengusaha yang memakai bahan dasar kedelai, menunggu solusi terbaik dari pemeritah terkait kelangkaan kedelai yang terjadi di Nusantara ini. Dengan maksud agar mereka bisa beraktifitas menjalankan usahanya kembali.
Kepala Seksi Distribusi, Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul, Sigit Haryanta mengatakan melecitnya harga kedelai itu bukan hanya di Kabupaten Gunungkidul melainkan di seluruh Indonesia, hal itu di sebabkan karena para pengusaha tahu dan tempe membeli kedelai secara import.
“Memang untuk saat ini para petani sedikit minat untuk menanam kedelai karena berbagai alasan, sehingga kedelai harus didatangkan secara import untuk memenuhi kebutuhan para pengusaha,” Paparnya.
Lebih lanjut, Ia menyarankan kepada para pengusaha tempe dan tahu kalau bisa untuk membeli bahan dasar secara kolektif atau kelompok dan langsung membeli ke importir yang berada di daerah Semarang, supaya mendapatkan harga yang lebih murah dari harga normalnya.
(Bambang M).

Ikuti Kami di Google News klik https://news.google.com/publications/CAAqBwgKMPvkpwwwje21BA?hl=en-ID&gl=ID&ceid=ID%3Aen