Berita

Disdikpora Bantul Melarang Kegiatan Pramuka Yang Beresiko

×

Disdikpora Bantul Melarang Kegiatan Pramuka Yang Beresiko

Sebarkan artikel ini

Bantul, MetroIndonesia.co – Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bantul melarang keras kegiatan pramuka yang berisiko tinggi. Larangan ini menyusul tragedi susur sungai yang berujung maut di sungai Sempor Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Sleman, Yogyakarta yang menewaskan 10 pelajar.

Kepala Disdikpora Bantul, Isdarmoko mengatakan pihaknya mengeluarkan surat edaran (SE) kepada sekolah-sekolah di Bantul yang berisikan larangan susur sungai dan kegiatan Pramuka yang berisiko tinggi. SE sudah diedarkan ke sekolah yang ada di Bumi Projotamansari.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

“Isinya adalah larangan kegiatan Pramuka susur sungai dan semacamnya yang berpotensi membahayakan nyawa murid,” katanya ketika dihubungi pada Senin 24 Februari, dikutip dari tagar.id.

Isdarmoko mengatakan jika ada sekolah-sekolah yang akan melakukan kegiatan di luar sekolah, pihak sekolah harus mendapatkan atau mengantongi surat izin dari Disdikpora Bantul.

Menurut dia larangan ini tidak berlaku untuk kegiatan-kegiatan Pramuka yang sifatnya tidak membahayakan nyawa murid seperti tali-temali di lapangan atau pun di dalam lingkungan sekolah.

“Jadi kalau ada kegiatan yang sifatnya outbound harus mengantongi izin terlebih dulu dari kami. Selain itu, juga harus jelas semua rundown kegiatannya,” kata Isdarmoko.

Jika masih ada sekolah yang bersikeras untuk melakukan kegiatan Pramuka jenis outbound tanpa mengantongi surat izin dari Disdikpora, maka sekolah yang bersangkutan bakal mendapat sanksi berat.

Jadi kalau ada kegiatan yang sifatnya outbound harus mengantongi izin terlebih dulu dari kami.

“Fungsinya larangan ini untuk menghindari kegiatan yang berpotensi memakan korban. Jadi kalau cuma kemah-kemah seperti Persami (Perkemahan Sabtu Minggu) masih kita perbolehkan, namun harus ada izinnya,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua Gerakan Pramuka Kwartir Cabang (Kwarcab) Kabupaten Bantul Totok Sudarto turut prihatin dengan kejadian yang menimpa pelajar SMPN 1 Turi Sleman. Menurutnya, peristiwa tersebut menjadi evaluasi bersama sekaligus untuk melakukan managemen risiko kegiatan kepramukaan agar tidak bedampak buruk.

”Sebaiknya mempertimbangkan matang-matang dan mengantisipasi sebaik mugkin dengan stageholder yang ada,” tutur Totok.

Menurutnya peristiwa serupa juga pernah terjadi di Kabupaten Bantul pada 1990-an. Saat itu kejadiannya di Piyungan yang menyebabkan tiga korban meninggal dunia. Selain itu pada 2000-an di Kecamatan Dlingo menyebabkan seorang siswa tewas.

Sejak saat itu Bantul sudah melakukan evaluasi. Kegiatan yang melibatkan sisir sungai dihentikan. Seluruh kegiatan yang dilakukan di sekolah, Gugus Depan (Gudep) atau di Komunitas Gerakan Pramuka hendaknya melakukan perencanaan yang matang.

”Harus direncanakan sejak awal kegiatannya apa, di mana, pesertanya apa, alatnya apa dan sebelumnya juga harus dilakukan survei oleh pembina-pembina, sehingga bisa mengantisipasi untuk hal-hal yang tidak diingjnkan,” katanya.

Ikuti Kami di Google News klik https://news.google.com/publications/CAAqBwgKMPvkpwwwje21BA?hl=en-ID&gl=ID&ceid=ID%3Aen

Tinggalkan Balasan