Palembang,SuaraMetropolitan – Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), H. Herman Deru, kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun karakter generasi muda melalui jalur pendidikan non formal. Komitmen itu ditandai dengan dibukanya program retret pendidikan karakter bertajuk “Laskar Pandu Satria” di Bumi Perkemahan Gandus, Palembang, Rabu (2/7/2025).
Menurut Herman Deru, pendidikan karakter harus menjadi fondasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia, bukan sekadar pelengkap.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan nilai akademik. Mental, integritas, dan tanggung jawab adalah kunci,” tegasnya.
Gubernur yang juga menjabat sebagai Ketua Kamabida Gerakan Pramuka Sumsel ini menilai tantangan generasi muda saat ini semakin kompleks, khususnya dalam menghadapi arus teknologi dan media sosial.
Baca juga: Prestasi Elit Polda Sumsel Melejit, Gubernur Herman Deru: Ini Teladan untuk Polri Muda
“Kita butuh generasi yang bisa mengendalikan emosi dan tidak mudah terpengaruh,” ujar Deru menambahkan.
Program retret yang diikuti 100 pelajar dari enam kabupaten/kota ini menyasar siswa-siswa yang terindikasi memiliki masalah perilaku atau potensi tersembunyi. Para peserta diseleksi langsung oleh pihak sekolah.
“Ini bukan tempat hukuman. Ini adalah bengkel karakter. Di sinilah anak-anak kita dibentuk menjadi pandu kebaikan dan satria sejati,” ujar Herman Deru.
Inisiatif ini selaras dengan langkah beberapa kepala daerah di Sumsel, termasuk Wali Kota Palembang, yang tengah mengidentifikasi pelajar bermasalah secara sosial sebagai upaya mencegah kenakalan remaja.
Baca juga: Inflasi Sumsel Juni 2025 Capai 2,44 Persen, Muara Enim Tertinggi
“Kita punya visi bersama untuk menekan kenakalan remaja dan mengangkat potensi mereka,” tambahnya.
Program Laskar Pandu Satria mendapatkan dukungan luas dari TNI, Polri, hingga tokoh masyarakat. Deru menyebut sinergi antar instansi ini sebagai “kolaborasi emas” demi masa depan Sumsel.
Sementara itu, Asisten III Setda Provinsi Sumsel, Zulkarnain, mengungkapkan bahwa materi dalam kegiatan ini bersifat aplikatif dan menyentuh aspek emosional peserta.
“Ada pelatihan emosi sosial, kerja sama tim, serta pengelolaan motivasi diri,” jelasnya.
Retret ini berlangsung selama 10 hari, dari 1 hingga 10 Juli 2025, di Gandus. Lokasi dipilih karena dinilai sangat mendukung proses pembentukan karakter secara menyeluruh.
“Retret ini diharapkan menciptakan pelajar beriman, bertakwa, dan tangguh. Mereka akan menjadi teladan di sekolah dan lingkungan,” tutup Zulkarnain.
Nama Laskar Pandu Satria sendiri punya makna filosofis: Laskar sebagai singkatan dari “Latihan Siswa Berkarakter”, Pandu berarti pelopor kebaikan, dan Satria mencerminkan keberanian, integritas, serta tanggung jawab.
Melalui retret ini, Pemprov Sumsel menegaskan bahwa pendidikan karakter adalah pilar penting untuk mencetak generasi unggul dan siap menghadapi tantangan global menuju Indonesia Emas 2045.