Gunungkidul (MetroIndonesia.co) – Melihat perkambangan Pilkada serentak di Indonesia pada 9 Desember 2020 mendatang menjadi sangat menarik untuk diperbincangkan. Hal ini menyangkut marwah para ulama yang memposisikan diri sebagai simbol yang akan diikuti oleh umat.
Ulama atau Pendakwah biasanya menjadi panutan pengikutnya jika mereka memberi Fatwa. Tetapi menyangkut politik biasanya ulama lebih pada memberikan pemahaman berpolitik yang Islami. Tentunya tidak luput dari selalu berpegang pada ajaran islam khususnya tentang cara memilih pemimpin.
Ketua Majelis Ta’lim MTKN (Majelis Taklim Khoirun Na’imah) di Dusun Bendorejo Kalurahan Semanu Kapanewon Semanu Gunungkidul Liesky Rennita, berpendapat berbeda dalam menyikapi Pilkada. Ia memilih jalan yang lebih santun dengan tidak mau menjadi mesin pemenangan salah satu Cabub.
Liesky Rennita mengajak agar para ulama atau Kyai di Kabupaten Gunungkidul untuk netral dalam artian tidak ikut berkampanye. Hal ini agar martabat para ulama atau kyai lebih terjaga. Ia meminta untuk saat ini cukup memberikan pemahaman yang jelas tentang cara memilih pemimpin menurut ajaran Islam.
“Semua rekan ulama atau penda’wah untuk menjaga agar tidak menonjolkan salah satu paslon, namun jika secara pribadi silahkan,” pinta Liesky Rennita saat ditemui di kediamannya pada Senin (11/10/2020).
Ketua Masjelis Taklim Khoirun Na’imah tersebut lebih mengambil titik tengah dalam menyikapi pilkada. Tujuannya agar umat islam lebih mandiri dalam menentukan pilihan, tentunya tidak jauh dari kaidah Islam sendiri.
“Tidak dipungkiri para pelaku da’wah memang harus memiliki kemampuan berpolitik akan tetapi tujuanya agar mengetahui mana yang salah dan mana yang benar menurut islam. Semua calon sebenarnya bagus, tapi ada yang lebih bagus jika kita jeli dalam menentukan pilihan. Karena semua calon bertujuan untuk memajukan Gunungkidul,” pungkas Liesky.
(Sumadi)
Ketua MTKN Gunungkidul: Mengajak Ulama Agar Membawa Suasana Sejuk Dalam Pilkada
SuaraMetropolitan2 min baca