Yogyakarta (Metro Indonesia) — DPD Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Yogyakarta menggelar dialog kebangsaan bertajuk ” Yogyakarta Aman Nyaman Tanpa Intoleransi dan Provokasi”
di Waroeng Omah Sawah, Sewon, Bantul, Selasa (22/2). Dialog tersebut merespon terkait maraknya intoleransi di media sosial dan penangkapan sejumlah teroris di wilayah Yogyakarta.
Dialog kebangsaan dibuka dengan keynote speaker oleh Sekretaris Jenderal DPP PWRI, D Supriyanto, SE. Ia menyampaikan konsistensi PWRI sebagai lembaga profesi untuk menyampaikan pesan-pesan edukasi secara baik dan benar kepada masyarakat. Ia menyebut PWRI siap bekerja dalam menjaga keutuhan NKRI. Ada 21 ormas dari Yogyakarta yang mengikuti dialog kebangsaan.
Dalam paparannya, Kasubdit Bhabinkamtibmas Dit Binmas Polda DIY, AKBP Sinungwati mengatakan perkembangan Informasi Teknologi (IT) mengubah paradigma masyarakat, misalnya ada kecelakaan dulu langsung menolong, tapi saat ini, memfoto dulu membiarkan orang lain yang menolong. “Di era globalisasi, sekarang kejadian di manapun, hitungan detik langsung muncul di media sosial. Masyarakat kini menjadi wartawan,” tuturnya.
“Saat ini apapun yang kita posting tidak ada yang nyensor, langsung keluar. Tidak memikirkan akan berdampak pada kamtibmas atau tidak,” imbuhnya.
Ia pun menyarankan sekarang ini harus menjadi netizen yang cerdas karena aksi massa seringkali terpancing dari media sosial, seperti unggahan intoleransi, provokasi, dan terorisme. “Chat aplikasi WA disadari atau tidak, paling banyak menyebar provokasi. Berita bohong paling banyak ditemukan di media sosial untuk menyebarkan kebencian dan pencemaran nama baik,” ucapnya.
Ketua Umum Pejuang Nasional Indonesia Bangkit (PNIB), Waluyo Wasis Nugroho atau akrab dipanggil Gus Wal menyatakan Yogyakarta berada dalam keadaan darurat terorisme akhir-akhir ini karena banyak pelaku teroris tertangkap di Yogyakarta. “Yogyakarta darurat hoaks, provokasi, dan terorisme nyata adanya,” ucapnya.
Ia mengatakan teroris yang baru tertangkap itu situasi luarnya saja, tapi belum menyasar gerakan penyebar ideologi terorisme melalui program yang halus atau soft. “Bagaimana cara menanggulanginya agar nyaman dan aman, kita kembali kepada jiwa kita masing-masing, jangan hanya selalu teriak NKRI harga mati,” tuturnya.
Lanjut tambahnya, banyak masyarakat yang diam ketika di sekitarnya ada yang menonton dai-dai provokator. Menurutnya, kelompok radikal yang memberi racun ideologi lebih berbahaya. “Mari kita gemakan Indonesia dengan Nasab, yaitu nasionalisme kebangsaan dan kebudayaan,” ujarnya.
“Kalau ada provokator dari orang-orang yang tidak benar, satu kata lawan. Kewajiban kita semua sebagai rakyat,” imbuhnya.
Ersadi, Ketua PWRI DPD DIY mengatakan hampir semua lapisan masyarakat saat ini menggunakan layanan internet. Mereka dengan mudah untuk mengakses informasi dengan alat komunikasi HP yang saat ini bukan barang mewah lagi. “Pandemi, membuat pembelajaran jarak jauh yang hanya selama beberapa jam. Selebihnya, mereka bebas menggunakan HP, misalnya mengunduh video-video negatif atau game yang berbau kekerasan,” tuturnya.
Menurutnya, aktivitas rutin harian seperti itu akan mempengaruhi karakter dan kejiwaan anak apalagi bergabung dengan lingkungan yang kurang baik. “Minimal akan ada andil perubahan ke anak berupa kekerasan,” ucapnya.
“Akibat karena sering browsing konten atau berita negatif di internet, mereka mudah terpancing provokasi karena rasa solider,” imbuhnya.
Ersadi pun mengajak seluruh masyarakat Yogyakarta dan ormas untuk menjaga Jogja aman tanpa intoleransi. “Kita PWRI pun ingin berkontribusi tentang itu,” katanya.
Waljito, SH selaku ketua panitia kegiatan menyampaikan dialog kebangsaan bertujuan untuk menggugah kesadaran publik atas realitas yang terjadi di lapangan, seperti maraknya bentuk provokasi dan intoleransi serta masifnya propaganda negatif. “Fenomena tersebut harus disikapi dengan bijak dan tegas, sebab kejadian tersebut sebetulnya hanya dilakukan sekelompok kecil pengacau negara, tapi berjalan dengan sangat teratur.untuk mengganggu stabilitas negara dan persatuan Indonesia, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta,”tuturnya.
”Kejadian-kejadian penangkapan dugaan teroris tentunya mencoreng nama Yogyakarta yang sejak dulu menyandang wilayah nyaman huni dan aman,”pungkasnya.
(Reporter : Kasido)
21 Ormas ikuti dialog kebangsaan yang diadakan DPD PWRI DIY
SuaraMetropolitan3 min baca